Menentukan topik disertasi adalah salah satu langkah paling krusial dalam perjalanan akademik tingkat lanjut, terutama di jenjang magister dan doktoral. Kesalahan dalam tahap awal ini bisa berdampak panjang: kehilangan minat, kesulitan menemukan data, atau bahkan kegagalan menyelesaikan studi tepat waktu. Salah satu strategi yang sangat penting dalam menentukan topik yang tepat adalah melakukan survei literatur secara menyeluruh. Proses ini tidak hanya memperkaya pemahaman terhadap bidang yang diminati, tetapi juga membantu memastikan bahwa topik yang dipilih benar-benar relevan, layak diteliti, dan memiliki kontribusi akademik yang jelas.
Mengapa Survei Literatur Itu Penting?
Survei literatur adalah kegiatan membaca, menganalisis, dan merangkum hasil-hasil penelitian sebelumnya dalam bidang yang relevan. Tujuan utamanya adalah memahami peta pengetahuan yang sudah ada, mengidentifikasi celah penelitian, dan membangun landasan teoretis yang kuat untuk disertasi. Tanpa survei literatur yang memadai, peneliti berisiko mengulang penelitian yang sudah dilakukan, atau memilih topik yang tidak relevan atau tidak penting secara akademik.
Ketika kita pertama kali mencoba menentukan topik, kita sering terjebak dalam asumsi bahwa ide orisinal pasti muncul dari inspirasi tiba-tiba. Namun kenyataannya, sebagian besar ide kuat lahir dari pembacaan yang tekun terhadap penelitian yang sudah ada. Survei literatur membantu kita:
- Memahami apa yang sudah diteliti dan apa yang belum.
- Melihat perdebatan atau perbedaan pandangan dalam suatu bidang.
- Mengenali metode dan pendekatan yang dominan.
- Menemukan ruang kecil yang bisa kita isi—itulah yang disebut research gap.
- Menemukan tren dan perkembangan terbaru dalam bidang studi.
- Mengidentifikasi teori, konsep, dan metodologi yang umum digunakan.
- Melihat celah atau perdebatan yang belum terjawab oleh penelitian sebelumnya.
- Menghindari topik yang sudah usang atau terlalu sering dibahas.
Langkah Melakukan Survei Literatur Secara Menyeluruh
1. Tentukan Area Umum yang Diminati
Sebelum memulai pencarian literatur, pastikan kamu sudah memiliki gambaran kasar mengenai bidang atau isu yang ingin kamu dalami. Misalnya, jika kamu tertarik pada isu pendidikan, kamu bisa mempersempitnya ke topik seperti “penggunaan teknologi dalam pembelajaran” atau “pendidikan karakter di sekolah dasar.”
Penentuan area awal ini akan memandu pencarian literatur dan membantu kamu menyaring bacaan yang relevan dari yang tidak.
2. Gunakan Sumber yang Kredibel dan Terpercaya
Pastikan kamu menggunakan sumber-sumber yang akademik dan terpercaya. Beberapa platform yang direkomendasikan antara lain:
- Google Scholar (scholar.google.com)
- Scopus
- Web of Science
- JSTOR
- ScienceDirect
- ProQuest Dissertations & Theses
Selain itu, repositori universitas, jurnal nasional terakreditasi, dan prosiding konferensi ilmiah juga dapat menjadi sumber yang kaya.
3. Gunakan Kata Kunci yang Tepat
Pencarian literatur akan lebih efektif jika kamu menggunakan kombinasi kata kunci yang relevan. Gunakan sinonim atau istilah lain dari topik utama. Misalnya, jika kamu meneliti “literasi digital,” gunakan juga kata kunci seperti “digital literacy,” “digital competence,” “ICT skills,” atau “media literacy.”
Untuk pencarian yang lebih canggih, manfaatkan operator Boolean seperti:
- AND (menggabungkan dua kata kunci)
- OR (memperluas pencarian dengan sinonim)
- NOT (menghindari kata kunci tertentu)
Contoh: “digital literacy” AND “higher education” NOT “secondary school”.
4. Baca Secara Kritis dan Catat Temuan Penting
Jangan hanya membaca judul atau abstrak. Baca bagian pendahuluan dan tinjauan pustaka untuk memahami konteks penelitian, rumusan masalah, dan temuan utama. Amati juga apakah ada kekosongan penelitian yang disorot oleh penulis.
Saat membaca, catat hal-hal berikut:
- Topik yang diteliti dan alasan pemilihannya.
- Pertanyaan penelitian dan tujuan studi.
- Metodologi yang digunakan.
- Hasil dan kontribusi penelitian.
- Kelemahan dan saran untuk penelitian berikutnya.
Catatan ini akan sangat berguna ketika kamu menyusun kerangka tinjauan pustaka dan justifikasi topik.
5. Kelompokkan dan Kategorikan Literatur
Setelah mengumpulkan banyak referensi, langkah selanjutnya adalah mengorganisirnya berdasarkan tema, pendekatan metodologis, atau kronologi waktu. Hal ini akan memudahkan kamu dalam melihat pola, perbandingan, dan perkembangan suatu gagasan dari waktu ke waktu.
Contohnya, jika kamu tertarik pada “peran media sosial dalam pembelajaran,” kamu bisa mengelompokkan referensi sebagai berikut:
- Studi kuantitatif vs kualitatif
- Fokus pada platform tertentu (misalnya Facebook, YouTube, TikTok)
- Studi pada level pendidikan yang berbeda (SD, SMP, universitas)
6. Identifikasi Celah Penelitian
Salah satu tujuan utama dari survei literatur adalah menemukan research gap atau celah penelitian. Celah ini bisa berupa:
- Topik yang belum banyak diteliti di konteks lokal.
- Teori yang jarang digunakan dalam kasus tertentu.
- Metode penelitian yang kurang eksploratif.
- Populasi atau variabel yang belum dibahas secara khusus.
Contoh: Jika sebagian besar studi tentang literasi digital dilakukan di negara maju, kamu bisa menawarkan studi serupa di konteks Indonesia atau negara berkembang, dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi yang berbeda.
7. Konsultasikan Temuanmu dengan Pembimbing
Setelah menemukan kemungkinan celah atau fokus penelitian yang menarik, diskusikan dengan dosen pembimbing atau kolega akademik. Mereka dapat memberikan masukan penting terkait kelayakan topik, kontribusi ilmiah, dan metode yang tepat. Diskusi ini juga bisa membantumu menyempurnakan fokus topik agar lebih tajam dan realistis.
Menemukan Celah Penelitian: Inti dari Survei Literatur
Di titik ini, kita akan mulai melihat pola. Mungkin kita menyadari bahwa sebagian besar penelitian dilakukan di negara maju, atau bahwa metode kualitatif belum banyak digunakan dalam konteks tertentu. Celah-celah inilah yang bisa kita jadikan dasar argumen untuk memilih topik disertasimu.
Contoh pribadi: Saya menemukan bahwa literasi digital di kalangan guru SD di Indonesia masih jarang diteliti, terutama dalam konteks pascapandemi. Dari sinilah topik saya berkembang.
Tips Praktis Menjalankan Survei Literatur Secara Efektif
Agar survei literaturmu tidak menjadi proses yang melelahkan dan membingungkan, berikut beberapa tips praktis berdasarkan pengalaman pribadi dan diskusi dengan pembimbing:
1. Tetapkan Waktu Khusus
Jadwalkan waktu khusus setiap minggu (misalnya 2–3 jam) hanya untuk membaca dan menganalisis literatur. Disiplin waktu ini akan menjaga kontinuitas dan menghindari penumpukan bacaan.
2. Mulai dari Review Artikel
Jika kamu masih baru dalam suatu topik, carilah review article atau literature review dari jurnal ternama. Artikel ini menyajikan rangkuman perkembangan riset secara komprehensif, sangat membantu untuk pemula.
3. Gunakan Tools Manajemen Referensi
Aplikasi seperti Zotero, EndNote, dan Mendeley bukan sekadar tempat menyimpan referensi. Mereka bisa membantumu mengelola kutipan, membuat bibliografi otomatis, hingga mengelompokkan artikel berdasarkan folder atau tag.
4. Buat Peta Konseptual
Susun peta konsep dari hasil bacaan. Hubungkan antara teori, temuan, dan celah penelitian. Ini memudahkanmu saat menyusun kerangka berpikir dalam proposal.
5. Update Secara Berkala
Jangan anggap survei literatur selesai dalam satu waktu. Penelitian baru terus terbit. Sisihkan waktu di pertengahan dan akhir pengerjaan disertasi untuk memperbarui referensi dengan publikasi terbaru.
Studi Kasus Mini: Dari Literatur ke Topik Disertasi
Sebagai ilustrasi, berikut pengalaman saya saat menemukan topik disertasi melalui survei literatur:
Saya awalnya tertarik pada penggunaan teknologi dalam pendidikan. Setelah membaca puluhan artikel, saya menemukan bahwa pelatihan digital untuk guru SD di masa pandemi banyak dibahas di negara maju, tetapi hampir tidak ada yang membahas konteks Indonesia secara spesifik. Selain itu, sebagian besar penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Saya melihat peluang untuk menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif guna mengeksplorasi pengalaman guru secara lebih dalam. Dari sini, topik disertasi saya lahir.
Cerita ini menunjukkan bahwa survei literatur bukan hanya proses pasif membaca, tapi juga latihan kepekaan dalam melihat peluang kontribusi ilmiah.
Kesalahan Umum dalam Survei Literatur
Meskipun survei literatur terdengar sederhana, banyak mahasiswa membuat kesalahan yang dapat menghambat penentuan topik. Beberapa di antaranya adalah:
- Membaca terlalu sedikit referensi, sehingga tidak memahami konteks penelitian secara menyeluruh.
- Mengandalkan sumber tidak kredibel, seperti blog pribadi atau artikel populer non-akademik.
- Mengabaikan perkembangan terbaru, dan hanya mengutip studi lama.
- Tidak mencatat atau mengorganisasi bacaan, sehingga kesulitan saat menulis tinjauan pustaka.
- Gagal mengidentifikasi celah penelitian secara kritis, sehingga topik yang dipilih menjadi tidak orisinal.
Refleksi: Survei Literatur Bukan Beban, Tapi Investasi
Awalnya, saya merasa survei literatur adalah beban. Bacaan menumpuk, waktu terasa lambat. Namun semakin saya menjalaninya, saya menyadari bahwa ini adalah investasi jangka panjang. Dengan memahami lanskap keilmuan, saya bisa lebih percaya diri menyusun kerangka berpikir dan menyusun pertanyaan penelitian yang tajam.
Proses ini juga membuat saya merasa “terhubung” dengan komunitas ilmiah—melihat bagaimana peneliti lain berpikir, berdebat, dan mencari jawaban. Ada kepuasan intelektual tersendiri di sana.
Penutup: Survei Literatur Sebagai Fondasi Disertasi
Melakukan survei literatur secara menyeluruh bukan sekadar formalitas akademik, melainkan fondasi yang menentukan arah dan kualitas disertasi. Dengan membaca dan memahami peta keilmuan yang sudah ada, kamu tidak hanya memperkuat posisi argumenmu, tetapi juga memperbesar peluang untuk menghasilkan karya yang benar-benar berdampak dan dihargai dalam komunitas ilmiah.
Jadi, sebelum kamu memutuskan topik akhir, pastikan kamu sudah menelusuri literatur dengan teliti, mencatat dengan sistematis, dan mengidentifikasi celah penelitian dengan kritis. Dengan strategi ini, kamu tidak hanya menulis disertasi, tetapi juga membangun kontribusi ilmiah yang bermakna.
 MITRAGAMA Mitra Gagas Mandiri
MITRAGAMA Mitra Gagas Mandiri
				
